Senin, 14 April 2014

Sepi ing pamrih


SEPI ING PAMRIH

ada dua bahaya yang mengancam cara hidup manusia,  yaitu nafsu (hawa nafsu) dan egoisme (pamrih). Oleh karena itu  manusia harus mengontrol  nafsunya  dan melepaskan  pamrihnya.  Nafsu adalah perasaan kasar sebab ia menggagalkan  kontrol diri manusia  dan membelenggunya secara buta  kepada dunia. nafsu memperlemah manusia  karena memboroskan  kekuatan  batin tanpa guna,  nafsu yang mulai dengan M (ma) Madat, Madon, Mangan, Minum, dan  Main.
Untuk mengontrol  nafsu adalah berguna untuk melakukan sekedar  laku tapa sedikit mengurangi makan dan tidur, menguasai diri dibidang  seksual, dan lain sebagainya. Tapa lahiriyah dapat  memperkuat  kehendak dalam usaha untuk mempertahankan  keseimbangan  batin dan agar berkelakuan  sesuai dengan tuntunan keselarasan sosial.
Bahaya kedua yang harus diperhatikan orang adalah  pamrih.  Bertindak  karena pamrih berarti hanya mengusahakan kepentingan diri  secara pribadi  dan tidak memperhatikan  orang lain (masyarakat).
Pamrih jelas memperlemah  manusia dari dalam, dan barang siapa yang mengejar pamrih-nya, ia memutlakkankekuatan sendiri, mengisolasikan dirinyasekaligus memotong  dari selembar kekuatan  batin.
Pamrih  terutama terlihat dalam tiga nafsu, yaitu senantiasa ingin menjadi  orang yang nomor satu (nafsu menange dewek), menganggapdiri sendiri selalu betul (nafsu benere dewek), dan hanya memperhatikan kepentingan  sendiri (nafus butuhe dewek). Sikaplain yang tercela adalah  kebiasaan untuk menarik keuntungan sendiri  dari setiapsituasi  tanpa memperharikan orang lain (Aji mumpung)  atau untuk mengira bahwa  karena jasa-jasa tertentu mengaku  mempenyuai lebih  banyak hak dari yang lainnya (dumeh).
Kebalikan dari sikap pamrih adalah sepi ing pamrih, Manusia itu dikatakan sepi ing pamrih jika ia makin tidak perlu lagi gelisah dan prihatin  terhadapdiri sendiri, semakin bebas  dari nafsu ingin memiliki serta hatinya mantap dan tenang dalam menghadapi cobaan hidup.
Orang hendaknya ingat (Eling)  akan Alloh SWT  dan selalu bersikap  mawas diri (Waspada), Orang hendaknya mempercayakan  pada bimbingan Illahiyah (Pracaya)  dan percaya kepada Nya (Mituhu) Siapa yang berlaku demikian, maka dengan sendirinya  akan menemuka sikap yang tepat dalam semua hal yang akan dialaminya.
Sikapkhas yang harus ditanamkan adalah sabar, Nrima, Ikhlas (rila) jujur (temen) dan sederhana (prasaja), sabar itu adalah tanda orang yang baik, Ia maju dengan hati-hati,  melngkah dengan mencoba,  seperti mowot yang belum diketahui kekuatan powotannya. Nrima berarti  mampu bereaksi secara rasional, ketika mengalami kesulitan  hidup ataupun kekecewaan, ora robah  dan menentang secara percuma,  Ikhlas berati bersedia melepaskan keakuan dan menyusun  diri dengan alam  semesta sebagaimana sudah ditentukan (ginaris). Jujur berarti dapat mengandalkan janji, siapa yang bersikap jujur  juga akan bersikap adil, dan hatinya akan berani dan tentram,  Sederhana  atau prasaja  berarti bersedia menganggap  diri sendiri lebih rendah (andhap asor)   dari orang lain.
siapa yang memiliki sikaptersebut atas tentunya akan berbudi luhur, Budi luhur adalah kebalikan dari semua sifat yang buruk dan dibenci , seperti kebiasaan mencampuri urusan orang lain (dakwen) budi yang rendah atau drengki  iri dan srei, suka akan main intrik (jail) dan kasar (menthakil) Budi luhur berarti mempunyai perasaan tepat bagaimana cara bersikap terhadaporang lain, apa yang bisadan apayang tidakbisa dilakukan dan dikatakan, siapa yang berbudi luhur akan bersikap baik tidak hanya terhadaporang baik melainkan juga terhadap orang buruk(Sapa Becik dhen Becikana, Sapaaladhen Beciki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar