Rabu, 09 April 2014

 
PONDOK LELER PESANTREN PALING WINGIT DIBANYUMAS

 

Komplek Pondok Pesantren At Taujieh Al Islamy, Ahad (19/2) silam ibarat lautan manusia. Ribuan orang datang dari Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Cilacap dan sekitarnya. Deretan pedagang kaki lima turut meramaikan suasana.
Hari itu adalah puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Haul ke-18 almarhum KH Hisyam bin Zuhdi.
KH Zuhdi, ayahanda KH Hisyam, adalah pendiri Madrasah Tarbiyatun Nahwiyah (1914). Perlahan tapi pasti, madrasah yang beralamat di Grumbul Leler Desa Randegan Kecamatan Kebasen itu berkembang jadi Pesantren At Taujieh Al Islamy. Di tangan KH Hisyam, pesantren mengalami perkembangan yang signifikan.
Sebelum membina santri, KH Hisyam telah nyantri dan berguru pada KH Cholil bin Harun, KH Bisri Mustofa (Rembang), Syaikh Chozin (Bendo Pare), dan lain-lain.
“Ayah dulu ngaji kitab Bukhori pada Syaikh Hasyim Asy’ari (Tebuireng) dan Kitab Fathul Wahab ke KH Kholil Lasem,” tutur Gus Anam, salah satu putra KH Hisyam.
“Saya dulu mondok di Leler sekitar tahun 1959-1961. waktu itu santrinya sekitar 450-an orang,” kata H Muthohar, murid almarhum Mbah Hisyam, secara terpisah.
Menurutnya, pengajian sorogan dilakukan ba’da maghrib dan madrasah ba’da isya’. Pengajian yang diampu Mbah Hisyam waktu itu adalah Tafsir Jalalain (ba’da zhuhur), Ihya Ulumaddin (ba’da ashar, dan Kitab Majalis (ba’da dhuha).
Pada zamannya, KH Hisyam termasuk ulama yang jadi rujukan sekaligus panutan umat Islam Banyumas dan sekitarnya. Almarhum tidak berpolitik praktis. Tapi memilih suntuk mengurus umat dan para santri. “Tokoh politik justru sowan pada Mbah Hisyam,” kenang H Muthohar.
Di mata para santri, KH Hisyam adalah sosok alim dan kharismatik. Sifat penyayang, sabar, tekun serta ulet tampak dalam keseharian. Sifat penyayang, misalnya, tidak terbatas pada santri tapi juga pada hewan piaraan.
Di sela-sela kesibukan membina santri, Mbah Hisyam gemar memelihara perkutut. Selain itu, almarhum juga piawai membuat akik. Konon, batu akik buatannya laku hingga jutaan rupiah.
Sepeninggal KH Hisyam, Pondok Leler diasuh oleh anak-anak dan menantu almarhum. Trio bersaudara yang kini memegang kendali Pondok Leler adalah KH Atho’urrahman, KH Dzakiyul Fuad, dan KH Zuhrul Anam alias Gus Anam. Mereka bertiga dibantu KH Sya’bani Mukri (almarhum) dan KH Nashuha Kurdi. Dua nama terakhir adalah menantu KH Hisyam.
 (Akhmad Saefudin, warga Karangsalam Rt 1/5 Kecamatan Kedungbanteng, Peminat sejarah ulama Banyumas).

Kata Kunci artikel ini:

gus anam leler (20)ponpes leler (14)pondok leler (11)at taujieh al islamy (10)Pengajian Gus anam (5)kh hisyam zuhdi (3)pondok pesantren taujih al islami leler yutub (3)mbah hisyam leler (3)mbah hisyam leler banyumas (3)biografi kh zuhrul anam (3)
Tags: , , , , , , ,






PPSQ NUSANTRA SUMBANG


 

Sejarah Pondok Pesantren Sains Al-Qur'an Nusantara dan Madrasah Aliyah Ma'arif NU Sains Al-Qur'an Sumbang Banyumas

Assalamualaikum Wr.Wb.

Di sini saya akan memaparkan sedikit tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Sains Al-Qur'an Nusantara dan Madrasah Aliyah Ma'arif NU Sains Al-Qur'an. Sumbang Kab Banyumas

Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap. Lembaga pendidikan Islam memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan zamannya.

Perkembangan pendidikan Islam ditandai dengan kemunculan pesantren dan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam. Kehadian pesantren tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat. Oleh karena itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terasing. Dalam waktu yang sama segala aktivitas yang dilakukan di pesantren mendapat dukungan dan apresiasi penuh dari masyarakat.

Sejarah Dan Perkembangan Pesantren Sains Al-Qur'an Sumbang

Berawal dari penyerahan tanah wakaf seluas 3330 Meter persegi dari Bapak Achmad Subagyo Busono kepada Pengurus MWC NU Kec Sumbang. Pada tanggal 18 Desember 2018 Kemudian digagas pendirian  melalui tahapan tahapan  pengadaan akses jalan, pembangunan aula, masjid, dan gedung MA Ma'arif NU Sains Al-Qur'an sekaligus Pondok Pesantren Sains Al-Qur'an  yang terletak di Koordinat 7'23'18.6" LS dan 109'15'58'9" BT Desa Tambaksogra RT 03 RW 05 Kec Sumbang Kab Banyumas.

Adapun keunggulan yang ditawarkan meliputi

1. Berbasis Pondok Pesantren

2. Program Tahfidzul Qur'an 

3. Arabic English Program

4. Dual learning syistem modern dan tradisional

Bekerjasama dengan Perguruan Tinggi ternama di Kab Banyumas

Kajian dan Program Pesantren Sains Al-Qur'an adalah

1. Hafalkan Al-Qur'an binnadhor

2. Hafalkan Al-Qur'an Bilghoib

3. Arabic and English Program regular, intensive

Madrasah Diniyah

Kelas Ibtida Awal, Ibtida Tsani, Ibtida Tsalis, dan Wustho


Asal-usul Pondok Pesantren dan Sejarah Perkembangannya

Sejarah pondok pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah pertumbuhan masyarakat Indonesia. Hal itu dapat dibuktikan bahwa sejak kurun kerajaan Islam pertama di Aceh dalam abad-abad pertama Hijriyah, kemudian di kurun Wali Songo sampai permulaan abad 20 banyak para wali dan ulama yang menjadi cikal-bakal desa baru. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad-abad. Maulana Malik Ibrahim (meninggal 1419 di Gresik Jawa Timur), spiritual father Walisongo, dalam masyarakat santri Jawa dipandang sebagai gurunya guru tradisi pesantren di tanah Jawa.

Pesantren di Indonesia memang tumbuh dan berkembang sangat pesat. Berdasarkan laporan pemerintah kolonial Belanda, pada abad ke-19 untuk di Jawa saja terdapat tidak kurang dari 1.853 buah, dengan jumlah santri tidak kurang 16.500 orang. Dari jumlah tersebut belum termasuk pesantren-pesantren yang berkembang di luar Jawa terutama Sumatra dan Kalimantan yang suasana keagamaannya terkenal sangat kuat.

Unsur-unsur Pesantren

Secara umum pesantren memiliki komponen-komponen kiai, santri, masjid, pondok dann kitab kuning. Berikut ini pengertian dan fungsi masing-masing komponen. Sekaligus menunjukkan serta membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu :

Pondok