Doktren Sains Al Qur'an Nusantara dan Madrasah Aliyah Ma'arif NU Sains Al-Qur'an Sumbang membuka pendaftaran santri baru
Minggu, 13 Desember 2020
Selasa, 08 Desember 2020
TEKS VIJILI
TEKS RENUNGAN MALAM DALAM KEGIATAN PRAMUKA
hudabrah Cakebasen Renungan
dalam kegiatan Pramuka.
biasanya digunakan dalam acara perkemahan, persami atau pelantikan. Salah satu tradisi persami/pelantikan dalam kegiatan pramuka adalah renungan malam. Berikut salah teks Renungan Malam yang bisa digunakan dalam kegiatan Pramuka.
Sabtu, 05 Desember 2020
VIJILI
Pramuka Penegak merupakan kader Pramuka yang disiapkan untuk memimpin bangsa di masa depan, dan diikutsertakan dalam pembangunan masyarakat. Dalam tri satya anggota pramuka yang membedakan antara Penegak dan Penggalang adalah kalimat "mempersiapkan diri" untuk Pramuka Penggalang dan kalimat "ikut serta" untuk Pramuka Penegak dan kalimat selanjutnya adalah sama yaitu "membangun masyarakat"
Jumat, 04 Desember 2020
DEWAN AMBALAN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN
Oleh Kak SYAMSUL HUDA CHUMAEDY, M.Pd Ka Gudep 02.07.3601 di Madrasah Aliyah Ma'arif NU Sains Al-Qur'an Sumbang Banyumas Pramuka Penegak merupakan kader Pramuka yang disiapkan untuk memimpin bangsa di masa depan, dan diikutsertakan dalam pembangunan masyarakat. Dalam tri satya anggota pramuka yang membedakan antara Penegak dan Penggalang adalah kalimat sama yaitu "membangun masyarakat Secara teknis jiwa seorang Penegak sudah mulai berpikir dan bertindak sesuai dengan proses pendewasaannya. Oleh karenanya, dalam Gerakan Pramuka memberikan ruang bagi Pramuka Penegak untuk melatih kepemimpinan. Maka, dimulailah dengan satuan gugus depan. Sebagaimana dalam pola mekanisme pembinaan pramuka penegak dan pandega. Gugus Depan diwajibkan membentuk satuan penegak yang di sebut Ambalan sebagai wahana para Pramuka Penegak melatih jiwa kepemimpinan. Ambalan merupakan wadah bagi Pramuka Penegak untuk mengekspresikan diri, bersatu dengan Pramuka meningkatkan keterampilan yang dimiliki kemudian di kembangkan secara teratur dan terarah. Maka, untuk mengelola Ambalan perlulah di bentuk Dewan Kerja Ambalan atau disebut juga Dewan Ambalan kemudian di singkat menjadi DA. Pemilihan Dewan Ambalan Untuk menentukan siapa saja yang akan menjadi pengurus Dewan Ambalan dilakukan dengan cara di pilih oleh seluruh anggota Ambalan tersebut. Pemilihan Dewan Ambalan ini dilakukan secara berkala agar terciptanya organisasi yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Pemilihan Dewan Ambalan dilakukan melalui proses demokrasi yaitu Musyawarah Anggota Ambalan atau Musyawarah Ambalan yang kemudian di akronimkan menjadi MUBAL. Struktural Dewan Ambalan Setelah melalui proses pemilihan ketua Dewan Ambalan yang kemudian disebut Pradana maka, seorang Pradana memiliki tugas untuk membentuk Dewan Ambalan. Adapun struktural yang dibutuhkan dalam Dewan Ambalan diantaranya. 1. Satu orang Pradana (Ketua Dewan Ambalan) merangkap anggota 2. Satu orang Pemangku Adat (Juru Adat/Judat) merangkap anggota 3. Satu orang Krani (Sekretaris Dewan Ambalan) merangkap anggota 4. Satu orang Hartaka (Bendahara/Juru Keuangan) merangkap anggota Jika dibutuhkan maka, Dewan Ambalan dapat membentuk bidang-bidang sesuai kebutuhan Ambalan itu sendiri. Adapun bidang-bidang yang di rekomendasikan diantaranya, 1. Bidang Kajian dan Latihan 2. Bidang Kegiatan Kepramukaan 3. Bidang Pembinaan dan Pengembangan 4. Bidang Pengabdian Masyarakat 5. Bidang Penelitian dan Evaluasi Peran dan Fungsi Dewan Ambalan Dewan Ambalan memiliki peranan penting dalam pengelolaan Pramuka Penegak di Gugus Depan. Oleh karenanya, Dewan Ambalan berperan sebagai pengelola kegiatan Pramuka Penegak di tingkat Gugus Depan. Sementara fungsi dari Dewan Ambalan adalah sebagai wahana mengemukakan pendapat dan memberikan gagasan dalam pembangunan Gerakan Pramuka di tingkat Gugus Depan.
Rabu, 18 November 2020
MA MA'ARIF NU SAINS AL QUR'AN
Sabtu, 10 Oktober 2020
FILOSOFI JAJAN RAKAN DALAM PERSPEKTIF WONG JAWA
Masyarakat Jawa terbiasa dengan sinamun ing samudana atau menyampaikan nasihat melalui simbol. Salah satunya melalui makanan tradisional, yaitu tukon pasar atau biasa dikenal dengan jajanan pasar. Terdapat makna tersirat yang mendalam di setiap tukon pasar. Bahkan jika makna ini diresapi, akan membuat hidup menjadi lebih baik.
Pada awalnya, tukon pasar memang hanya dijual di pasar. Ini menjadikan jajanan pasar sebagai simbol sesrawungan atau silaturahmi. Sebab, pasar dianggap sebagai tempat bertemunya orang banyak dan hiruk pikuk berbagai urusan. Lebih dari itu, tukon pasar sekaligus menjadi sarana untuk mengingat pada kehidupan dunia.
Jajanan ini disinyalir sudah ada sejak periode Walisanga. Pada masanya, jajanan pasar digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Jawa oleh para Walisanga (hudabrah, 2020). Maka tidak heran jika jananan tersebut sering dijumpai pada acara-acara adat Jawa. Seperti slametan, mantenan, ruwahan, dan sepasaran bayi. Inilah yang kemudian dianggap sebagai alasan pembuatan tukon pasar.
Selain itu, biasanya makanan ini disajikan sebagai kudapan ketika jagongan. Di Jawa, ketika ada teman atau sanak saudara yang kebetulan mampir di rumah, tukon pasar inilah yang dihidangkan (mbanyumas, 2019). Tukon pasar dijadikan nyamikan sederhana. Karena itu, jajanan ini juga dapat menjadi simbol kerukunan dan interaksi sosial. Buktinya adalah ketika jagongan berlangsung mereka tidak memandang jabatan maupun kelas sosial. Semua sama kedudukannya.
Dari sekian ragam tukon pasar, semua mengandung pesan moralnya masing-masing berdasarkan bahan dan cara pengolahannya. Biasanya, jajanan ini terdiri dari buah, makanan, dan minuman. Buah di sini terdiri dari pisang, jeruk, nanas, sukun, dhondong dan jambu. Makanan berupa wajik, jadah, apem, lemper, klepon, nagasari dan iwel-wel. Adapun minuman biasanya berupa dawet. Ragam tukon pasar ini jika dijabarkan maka akan tersingkap setiap maknanya.
Pisang yang kerap menjadi tukon pasar adalah jenis pisang raja. Pisang ini dikaitkan dengan keagungan dan kemuliaan. Biasanya, buah pisang digunakan sebagai ubarampe dalam sesajen dan slametan. Umumnya, sesajen menggunakan gedhang ijo atau pisang yang masih berwarna hijau. Gedhang ijo memiliki makna gaweo seneng anak lan bojo. Ini dimaksudkan bahwa harus membuat senang anak dan istri.
Jeruk bermakna jaba jero kudu mathuk. Luar dan dalam batin harus sesuai. Apa yang diinginkan dan apa yang dilakukan harus sejalan. Nanas memiliki makna wong urip aja nggragas. Artinya ketika hidup janganlah menjadi orang yang serakah. Manusia tidak diperkenankan mengambil hak orang lain. Sedangkan buah sukun maknanya supoyo rukun. Artinya, buah sukun ini mengandung amanat agar manusia hidup rukun dengan sesama.
Dhondong atau buah kedondong dimaknai sebagai ojo kegedhen omong. Sebagai manusia, orang Jawa tidak boleh besar bicaranya. Apa yang dikatakan dengan realitas harus sama. Jambu, ojo ngudal barang sing wis mambu. Pesan moral yang terkadung dalam buah jambu adalah agar orang Jawa tidak melakukan hal-hal buruk. Orang Jawa patut untuk menjaga sikap arif, suka menolong, kalem, dan opo enek e (apa adanya).
Lain makna dalam buah, lain pula makna yang terkandung dalam tukon pasar jenis makanan. Seperti jadah dan wajik, artinya wani tumindak becik. Orang Jawa haruslah berani melakukan kebaikan. Wajik maupun jadah seringnya digunakan sebagai ampilan pada acara lamaran Jawa. Dalam lamaran, wajik digunakan sebagai simbol gawe raket. Kata raket diambil dari kosa kata ket pada ketan yang pliket. Harapannya agar dapat mempererat hubungan dua keluarga. Hubungan terjalin rapat, kuat serta akrab dari keluarga yang sedang menjalankan prosesi lamaran.
Iwel-iwel merupakan jajanan pasar yang dapat ditemui pada acara sepasaran bayi. Konon, nama iwel-iwel diyakini berasal dari kata liwalidayya yang artinya kedua orangtua. Maksudnya, agar bayi yang disepasari tetap lengket dengan orangtuanya. Lengket di sini berarti berbakti. Makna tersebut diambil dari bahan iwel-iwel, yaitu ketan yang bertekstur lengket.
Lemper dimaknai sebagai yen dilem atimu ojo memper. Jangan bangga diri ketika mendapatkan pujian. Apalagi sampai menjadi sombong. Ini menjadi simbol bahwa betapa pentingnya untuk bersikap rendah hati. Makanan ini mudah dijumpai pada acara hajatan, yang melambangkan harapan agar rezeki datang. Harapan dapat dilihat melalui bahan lemper yang terbuat dari ketan. Sifat lengket pada ketan inilah yang menjadi simbol pengharapan rezeki datang dan menempel selama acara berlangsung.
Klepon merupakan tukon pasar yang menggambarkan kesederhanaan orang Jawa. Kesederhanaan tersebut terlihat dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat makanan ini. Jenis bahan sedikit dan mudah didapatkan. Walaupun begitu, juga terdapat makna lain. Warna hijau klepon melambangkan jiwa muda. Rasa manis dalam klepon sebagai perwujudan rasa syukur.
Hal tersebut mengajarkan bahwa pemuda Jawa harus mampu bersyukur kepada Yang Maha Esa. Selain berdasarkan makna, klepon juga mengandung ajaran etika. Petuah etiknya adalah orang Jawa jangan sampai makan dengan keadaan kecap (makan dengan mulut terbuka). Sebab, akan membuat gula cair di dalam klepon muncrat ke mana-mana.
Selain itu, ada pula apem. Apem merupakan tukon pasar yang tidak boleh ketinggalan ketika slametan. Masyarakat Jawa meyakini bahwa mulanya apem dibawa dari Mekah oleh Ki Ageng Gribig ketika pulang haji (Achroni, 2017). Beliau memberi nama apem dari bahasa Arab ‘afuwwum. Artinya maaf atau meminta ampunan. Beliau adalah ulama pada masa Mataram. Ki Ageng Gribig menyebarkan agama Islam melalui dakwah di kawasan Klaten, Jawa Tengah.
Pada saat beliau pulang haji tersebut, banyak warga Klaten datang untuk mendengarkan wejangannya. Ketika warga akan pulang, Ki Ageng Gribig bermaksud memberikan oleh-oleh berupa apem. Tapi ternyata apem tidak mencukupi. Beliau menyuruh istrinya untuk membuatkan apem lagi agar apem bisa dibagi rata kepada semua tamu. Dari sini apem digunakan sebagai simbol permintaan maaf serta sedekah. Hal ini bermula dari Ki Ageng Gribig yang membagi-bagikan apem tersebut.
Terlepas dari tukon pasar yang dianggap hanya sekedar makanan, ternyata dapat menjadi pedoman hidup orang Jawa. Dalam pandangan leluhur orang Jawa, apapun bisa menjadi perantara untuk mengajarkan kebaikan dan etika. Bahkan, terkadang tidak dapat diduga. Ini menjadi bukti betapa unik dan istimewanya budaya Jawa.
Jumat, 09 Oktober 2020
LEGENDA RANDEGAN
Nang setengahe lesehan udakara ana 10 orang a-la Indipt, banyolan "ngalor-ngidul" tetep jalan nggawe swasan langsung dadi hangat. Biasa, ngrasani elite nang Jakarta kuwe dadi omongan menarik. Apa enggane Pak Mahfudz MD serius nyalon presiden, lan apa iya komitmenne padaaring bijenan Gusdurian isih konsisten. Mbak Alisa mbijeni Pak Mahfudz kuwe pancen priyanine ya baik. Sayange wong-wong sing ndukung kuwe keton ora kompak. Pancen abot nek kon njelasna, lan banget rumite kanggo njembreng nang ngapa pendukung Pak Mahfudz ora pada kompak.
Toh awan itu tidak diacarakan diskusi membahas soal copras capres, karena di mushala Desa Kembaran, 50 meter selatan rumah Kang Tajib, sudah menunggu sekitar 50 warga sekitar dan para Gusdurian dari lintas agama dan kelompok masyarakakt, termasuk dari kelompok difabel, menunggu untuk berdialog. Sangat menyesal saya tak bisa mengikuti dialognya.
"Maaf Mbak Alisa, saya tak bisa ikut mengantar ke acara, mau menjemput istri," saya pamitan.
"Oh, ya! Itu lebih penting!" katanya. Di perjalanan ke tempat kerja istri, ucapan Mbak Alisa beresonansi di telinga. Menjemput istri itu lebih penting. Langsung terbayang cerita tentang Kiai Sonhaji Jimbun, Jabres Sruweng, yang dikenal sebagai gurunya Gus Dur. Pengakuan Gus Dur bahwa Mbah Sonhaji itu gurunya saat berlangsung istighotsah akbar di Gelora Bung Karno.
Pertanyaannya, guru dalam hal apa? Masih di tengah jalan sepulang dari rumah Kang Tajib, resonansi itu memberkaskan file kecil dalam memori. Seorang bibi saya yang menjadi tetangga Kiai Sonhaji menceritakan kesaksiannya, sering melihat Kiai Sonhaji ke pasar Tengok belanja sayuran sendiri. Di mata bibi saya itu pemandangan aneh, mengesankan istrinya "kebangetan" membiarkan kiai yang sudah sepuh "kedangkrakan" ke pasar sendiri.
File lain pun terbuka, berkisah ketika seorang kiai yang hafal Al Quran sowan ke Kiai Sonhaji menanyakan silsilah Kiai Sonhaji. Jawab Kiai Sonhaji, "inna akramakum 'indallaahi atqaakum", sesungguhnya orang yang mulia bagi Allah itu ketakwaannya. Ayat itu diawali penegasan Allah bagaimana manusia diciptakan berjenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal.
Silaturahmi Mbak Alisa ke komunitas Gusdurian di Kebumen dan kesederhanaan sikap tidak memandang nasab sebagai hal yang harus diagung-agungkan begitu kentara. Itu sudah menggambarkan, bagian kecil dari ajaran Gus Dur telah dihayati putri sulungnya. Hidup sederhana dan menghormati istri rupanya juga yang diajarkan Kiai Sonhaji kepada Gus Dur, dan juga telah membentuk karakter putri Gus Dur. Setidaknya begitulah kesimpulan saya saat kembali berdiskusi dengan Kang Tajib.
Minggu, 06 September 2020
Ziyaroh Syech Ndalem Santri
DALEM SANTRI JEJAK PENYEBARAN ISLAM ING TLATAH MBANYUMAS
17 Muharom 1442 H, kaleres 5 September 2020 ndalu niku cuaca Endah lan sanget ndukung anggenipun nggadahi niatan nelusuri jejak para penyebar agama Islam Wonten ing Kabupaten Banyumas. Salah satunggalipun situs pelaku syiar agama Islam ingkang kawontenanipun taksih kajagi hengga Dinten niki nggih niku maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad, kang kalangkul dipun kenal sinebutan "Makam Dalem Santri" menika mlebet ing dusun Kutaliman, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas.
Saktunggal papan penunjuk katulis MAKAM DALEM SANTRI ngadeg Jejeg sebelah ler Kantor dusun Kutaliman, cekap kangge nuduhaken papan anggenan kawontenanipun ugi kangge nggampilaken peziarah. Antawis Wonten 300 meter saking Margi Ageng dusun, kangge nuju maqom saged depun tempuh mitos gang alit utawi lutung kang sampun dipun plester ngagem watu kali. Lutung ingkang namung ssged kangge mitos i satunggal roda empat Niki lajeng Wonten Raos luncu menawi Jawah. Namung, temtunipun mboten dados pepalang bilih niyatan sampun trep mangka lanpahan pun saged nyengsemaken.
Sak dumuginipun ing komplek Maqom Dalem Santri swantenipun hening asrep lan asri ingbrao, papan panggenan ingkang sepen lan tebih saking kampung warga diraos pas kangge sekedar nengaken diri. Maqom Dalem Santri dipun kubengi wit witan Ageng kang kurang langkungipun sampun atusan tahun, kanthi tumpukan wstu ingkng kaata rapi lan mpun sami nglumut menehi kesan keramat ingkang nyawiji kelawan alaming lelembut. Komplek maqom dipun jangkepi pendopo alit kanggenioun para peziarah ingang Ajeng tirakat lan nepi.
Saking para llebda kang dampuh tuwuh sejarah Dalem Santri, kawontenan maqom ingkng wonten teng mriki. Kejawi maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad ugi entensekawan Malih kangvawujud Maqom tua kang dipun percaya minangka maqom Prabu Anom, Raga Patra, Engrang Jaya, lan Siti Zulaikha. Daerah ingkang sakniki dados Maqom Dalem Santri sederengipun niku pondok pesantren ingang dipun pimpin dening Syekh Mudhakir utawi ingkng lengkung dipunkenal kelawan asma Eyang Kepadangan.
Ngaeiti kisah ingang ngenutmbureni kewontenan Maqom Dalem Santri, Konon pesantren Eyang Kepadangan kerawuhan priyagung putra raja saking Kerajaan Sukowati ingkng kawogan asma Raden Parto Kusumo. Rasuhipunmboten sanes kangge ngaos Sinau agama Islam ing pesantren kasebat. Sang putra raja dugi kanthi ngginakaken minangka simbol.
Selajengipun Eyang Kepadangan sarujuk utawi ngangkat Raden Parto Kusumo minangka murid kanthi syarat kersa nglukar gelar kebangsawananipun. Syarat niku waupun dipun tampi kanthi Lego Lila Raden Parto Kusumo ingkang saklajengipun gantos asmanipun dados Syekh Ahmad Al’Muhammad.
Kados mboten ketinggalajen junjunganipun, gajah ingkang dadosi titihanipun Raden Parto Kusumo ug milih kangge laku tapa ing papan kang boten tebih saking pesantren. Sak sampunipun tapa, si gajah akhiripun saged mangertosi bahasa kamanungsan. Lajeng si gajah niku dititipsken Dateng Empu Parmadi ing Kutaluhur kang mboten tebih namung mluncat bukit. Panggenan kasebat lajeng dikenal kanthi nami Gupakan Gajah.
Kisah kalajengaken hengga akhiripun Eyang Kepadangan pun seda. Namung, sederengipun tinilar sampun nggadhahi pesan Dateng Syekh Ahmad Al’Muhammad supados menyebaraken ajaran Islam ing tlatah Banyumas. Kamangka pesatren ingkang dados tinggalanipun dipun paringi nami Kutaliman ingkang mengku arti kuta niku Kota lan liman kang artosipun gajah. Kutaliman utawi kota gajah, mekaten ing ceriyos Maqom Dalem Santri lan asal usul nami Kutaliman kang dikisahaken dening masyarakat wiyar.
Makam Dalem Santri asring kangge ziyarah saking Banyumas lan sekukuban. Selntunipun maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad,sekawan maqom lintunipun ingkang Wonten sisih wetan uga mboten nate sepi saking peziarah. Dipun kisahaken miturut informasi kang Wonten lan dipun yakini Ki Trisno juru kunci Maqom Dalem Santri, ziyarah Dateng sekawan maqom kasebut (Prabu Anom, Raga Patra, Engrang Jaya, lan Siti Zulaikha) Sedaya namung pinangka laku syareat keranten hakikatipun tetep wangsul Dateng Gusti Pengeran Alloh Tangala.
#Hudabrah_Majlis_Dzikir_Qolbun_Salim_Gunungsari.
Ndalem Santri
17 Muharom 1442 H, kaleres 5 September 2020 ndalu niku cuaca Endah lan sanget ndukung anggenipun nggadahi niatan nelusuri jejak para penyebar agama Islam Wonten ing Kabupaten Banyumas. Salah satunggalipun situs pelaku syiar agama Islam ingkang kawontenanipun taksih kajagi hengga Dinten niki nggih niku maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad, kang kalangkul dipun kenal sinebutan "Makam Dalem Santri" menika mlebet ing dusun Kutaliman, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas.
Saktunggal papan penunjuk katulis MAKAM DALEM SANTRI ngadeg Jejeg sebelah ler Kantor dusun Kutaliman, cekap kangge nuduhaken papan anggenan kawontenanipun ugi kangge nggampilaken peziarah. Antawis Wonten 300 meter saking Margi Ageng dusun, kangge nuju maqom saged depun tempuh mitos gang alit utawi lutung kang sampun dipun plester ngagem watu kali. Lutung ingkang namung ssged kangge mitos i satunggal roda empat Niki lajeng Wonten Raos lunyu menawi Jawah. Namung, temtunipun mboten dados pepalang bilih niyatan sampun trep mangka lanpahan pun saged nyengsemaken.
Sak dumuginipun ing komplek Maqom Dalem Santri swantenipun hening asrep lan asri ingbrao, papan panggenan ingkang sepen lan tebih saking kampung warga diraos pas kangge sekedar nengaken diri. Maqom Dalem Santri dipun kubengi wit witan Ageng kang kurang langkungipun sampun atusan tahun, kanthi tumpukan wstu ingkng kaata rapi lan mpun sami nglumut menehi kesan keramat ingkang nyawiji kelawan alaming lelembut. Komplek maqom dipun jangkepi pendopo alit kanggenioun para peziarah ingang Ajeng tirakat lan nepi.
Saking para llebda kang dampuh tuwuh sejarah Dalem Santri, kawontenan maqom ingkng wonten teng mriki. Kejawi maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad ugi entensekawan Malih kangvawujud Maqom tua kang dipun percaya minangka maqom Prabu Anom, Raga Patra, Engrang Jaya, lan Siti Zulaikha. Daerah ingkang sakniki dados Maqom Dalem Santri sederengipun niku pondok pesantren ingang dipun pimpin dening Syekh Mudhakir utawi ingkng lengkung dipunkenal kelawan asma Eyang Kepadangan.
Ngaeiti kisah ingang ngenutmbureni kewontenan Maqom Dalem Santri, Konon pesantren Eyang Kepadangan kerawuhan priyagung putra raja saking Kerajaan Sukowati ingkng kawogan asma Raden Parto Kusumo. Rasuhipunmboten sanes kangge ngaos Sinau agama Islam ing pesantren kasebat. Sang putra raja dugi kanthi ngginakaken minangka simbol.
Selajengipun Eyang Kepadangan sarujuk utawi ngangkat Raden Parto Kusumo minangka murid kanthi syarat kersa nglukar gelar kebangsawananipun. Syarat niku waupun dipun tampi kanthi Lego Lila Raden Parto Kusumo ingkang saklajengipun gantos asmanipun dados Syekh Ahmad Al’Muhammad.
Kados mboten ketinggalajen junjunganipun, gajah ingkang dadosi titihanipun Raden Parto Kusumo ug milih kangge laku tapa ing papan kang boten tebih saking pesantren. Sak sampunipun tapa, si gajah akhiripun saged mangertosi bahasa kamanungsan. Lajeng si gajah niku dititipsken Dateng Empu Parmadi ing Kutaluhur kang mboten tebih namung mluncat bukit. Panggenan kasebat lajeng dikenal kanthi nami Gupakan Gajah.
Kisah kalahengaken hengga akhiripun Eyang Kepadangan pun seda. Namung, sederengipun tinilar sampun ngggadhahi pesan Dateng Syekh Ahmad Al’Muhammad supados menyebaraken ajaran Islam ing tlatah Banyumas. Kamangka pesatren ingkang dados tinggalanipun dipun paringi nami Kutaliman ingkang mengku arti kuta niku Kota lan liman kang artosipun gajah. Kutaliman utawi kota gajah, mekaten ing ceriyos Maqom Dalem Santri lan asal usul namai Kutaliman kang dikisahaken dening masyarakat wiyar.
Makam Dalem Santri asring kangge ziyarah saking Banyumas lan sekukuban. Selntunipun maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad,sekawan maqom lintunipun ingkang Wonten dish wetan uga mboten nate sepi saking peziarah. Dipun kisshajen miturut informasi kang Wontenlan dipun yakini Ki Trisno juru kunci Maqom Dalem Santri, ziyarah Dateng sekawan maqom tkasebut (Prabu Anom, Raga Patra, Engrang Jaya, lan Siti Zulaikha) sedsya namung pinangka laku syareat keranten hakikatipun tetip wangsul Dateng Pengeran Alloh Tangala.
#Hudabrah_Majlis_Dzikir_Qolbun_Salim_Gunungsari.
Sabtu, 08 Agustus 2020
PASARAH PANINGSET
TULADHA PASRAH PENINGSET