Sabtu, 10 Oktober 2020

FILOSOFI JAJAN RAKAN DALAM PERSPEKTIF WONG JAWA


 Masyarakat Jawa terbiasa dengan sinamun ing samudana atau menyampaikan nasihat melalui simbol. Salah satunya melalui makanan tradisional, yaitu tukon pasar atau biasa dikenal dengan jajanan pasar. Terdapat makna tersirat yang mendalam di setiap tukon pasar. Bahkan jika makna ini diresapi, akan membuat hidup menjadi lebih baik.

Pada awalnya, tukon pasar memang hanya dijual di pasar. Ini menjadikan jajanan pasar sebagai simbol sesrawungan atau silaturahmi. Sebab, pasar dianggap sebagai tempat bertemunya orang banyak dan hiruk pikuk berbagai urusan. Lebih dari itu, tukon pasar sekaligus menjadi sarana untuk mengingat pada kehidupan dunia.

Jajanan ini disinyalir sudah ada sejak periode WalisangaPada masanya, jajanan pasar digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Jawa oleh para Walisanga (hudabrah, 2020). Maka tidak heran jika jananan tersebut sering dijumpai pada acara-acara adat Jawa. Seperti slametan, mantenan, ruwahan, dan sepasaran bayi. Inilah yang kemudian dianggap sebagai alasan pembuatan tukon pasar.

Selain itu, biasanya makanan ini disajikan sebagai kudapan ketika jagongan. Di Jawa, ketika ada teman atau sanak saudara yang kebetulan mampir di rumah, tukon pasar inilah yang dihidangkan (mbanyumas, 2019). Tukon pasar dijadikan nyamikan sederhana. Karena itu, jajanan ini juga dapat menjadi simbol kerukunan dan interaksi sosial. Buktinya adalah ketika jagongan berlangsung mereka tidak memandang jabatan maupun kelas sosial. Semua sama kedudukannya.

Dari sekian ragam tukon pasar, semua mengandung pesan moralnya masing-masing berdasarkan bahan dan cara pengolahannya. Biasanya, jajanan ini terdiri dari buah, makanan, dan minuman. Buah di sini terdiri dari pisang, jeruk, nanas, sukun, dhondong dan jambu. Makanan berupa wajik, jadah, apem, lemper, klepon, nagasari dan iwel-wel. Adapun minuman biasanya berupa dawet. Ragam tukon pasar ini jika dijabarkan maka akan tersingkap setiap maknanya.

Pisang yang kerap menjadi tukon pasar adalah jenis pisang raja. Pisang ini dikaitkan dengan keagungan dan kemuliaan. Biasanya, buah pisang digunakan sebagai ubarampe dalam sesajen dan slametan. Umumnya, sesajen menggunakan gedhang ijo atau pisang yang masih berwarna hijau. Gedhang ijo memiliki makna gaweo seneng anak lan bojo. Ini dimaksudkan bahwa harus membuat senang anak dan istri.

Jeruk bermakna jaba jero kudu mathuk. Luar dan dalam batin harus sesuai. Apa yang diinginkan dan apa yang dilakukan harus sejalan. Nanas memiliki makna wong urip aja nggragas. Artinya ketika hidup janganlah menjadi orang yang serakah. Manusia tidak diperkenankan mengambil hak orang lain. Sedangkan buah sukun maknanya supoyo rukunArtinya, buah sukun ini mengandung amanat agar manusia hidup rukun dengan sesama.

Dhondong atau buah kedondong dimaknai sebagai ojo kegedhen omong. Sebagai manusia, orang Jawa tidak boleh besar bicaranya. Apa yang dikatakan dengan realitas harus sama. Jambu, ojo ngudal barang sing wis mambu. Pesan moral yang terkadung dalam buah jambu adalah agar orang Jawa tidak melakukan hal-hal buruk. Orang Jawa patut untuk menjaga sikap arif, suka menolong, kalem, dan opo enek e (apa adanya).

Lain makna dalam buah, lain pula makna yang terkandung dalam tukon pasar jenis makanan. Seperti jadah dan wajik, artinya wani tumindak becik. Orang Jawa haruslah berani melakukan kebaikan. Wajik maupun jadah seringnya digunakan sebagai ampilan pada acara lamaran Jawa. Dalam lamaran, wajik digunakan sebagai simbol gawe raket. Kata raket diambil dari kosa kata ket pada ketan yang pliket. Harapannya agar dapat mempererat hubungan dua keluarga. Hubungan terjalin rapat, kuat serta akrab dari keluarga yang sedang menjalankan prosesi lamaran.

­Iwel-iwel merupakan jajanan pasar yang dapat ditemui pada acara sepasaran bayi. Konon, nama iwel-iwel diyakini berasal dari kata liwalidayya yang artinya kedua orangtua. Maksudnya, agar bayi yang disepasari tetap lengket dengan orangtuanya. Lengket di sini berarti berbakti. Makna tersebut diambil dari bahan ­iwel-iwel, yaitu ketan yang bertekstur lengket.

Lemper dimaknai sebagai yen dilem atimu ojo memper. Jangan bangga diri ketika mendapatkan pujian. Apalagi sampai menjadi sombong. Ini menjadi simbol bahwa betapa pentingnya untuk bersikap rendah hati. Makanan ini mudah dijumpai pada acara hajatan, yang melambangkan harapan agar rezeki datang. Harapan dapat dilihat melalui bahan lemper yang terbuat dari ketan. Sifat lengket pada ketan inilah yang menjadi simbol pengharapan rezeki datang dan menempel selama acara berlangsung.

Klepon merupakan tukon pasar yang menggambarkan kesederhanaan orang Jawa. Kesederhanaan tersebut terlihat dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat makanan ini. Jenis bahan sedikit dan mudah didapatkan. Walaupun begitu, juga terdapat makna lain. Warna hijau klepon melambangkan jiwa muda. Rasa manis dalam klepon sebagai perwujudan rasa syukur.

Hal tersebut mengajarkan bahwa pemuda Jawa harus mampu bersyukur kepada Yang Maha Esa. Selain berdasarkan makna, klepon juga mengandung ajaran etika. Petuah etiknya adalah orang Jawa jangan sampai makan dengan keadaan kecap (makan dengan mulut terbuka). Sebab, akan membuat gula cair di dalam klepon muncrat ke mana-mana.

Selain itu, ada pula apemApem merupakan tukon pasar yang tidak boleh ketinggalan ketika slametan. Masyarakat Jawa meyakini bahwa mulanya apem dibawa dari Mekah oleh Ki Ageng Gribig ketika pulang haji (Achroni, 2017). Beliau memberi nama apem dari bahasa Arab ‘afuwwum. Artinya maaf atau meminta ampunan. Beliau adalah ulama pada masa Mataram. Ki Ageng Gribig menyebarkan agama Islam melalui dakwah di kawasan Klaten, Jawa Tengah.

Pada saat beliau pulang haji tersebut, banyak warga Klaten datang untuk mendengarkan wejangannya. Ketika warga akan pulang, Ki Ageng Gribig bermaksud memberikan oleh-oleh berupa apem. Tapi ternyata apem tidak mencukupi. Beliau menyuruh istrinya untuk membuatkan apem lagi agar apem bisa dibagi rata kepada semua tamu. Dari sini apem digunakan sebagai simbol permintaan maaf serta sedekah. Hal ini bermula dari Ki Ageng Gribig yang membagi-bagikan apem tersebut.

Terlepas dari tukon pasar yang dianggap hanya sekedar makanan, ternyata dapat menjadi pedoman hidup orang Jawa. Dalam pandangan leluhur orang Jawa, apapun bisa menjadi perantara untuk mengajarkan kebaikan dan etika. Bahkan, terkadang tidak dapat diduga. Ini menjadi bukti betapa unik dan istimewanya budaya Jawa. 

Jumat, 09 Oktober 2020

LEGENDA RANDEGAN


 DENING HUDABRAH CAKEBASEN 

Nyong asli cah ndesa sing lair lan digedekna nang tlatah Randegan Kecamatan Kebasen Akhir Desember 2013 putri sulung Gus Dur, Alisa Wahid, mampir aring nggone Kang Tajib penggerak Gusdurian sing ana nang Kebumen. Nang kana Mbak Alisa babarblas ora nuduhna lamon dewk sebenere  putri Presiden ke-4 RI.Kiye sing  mungkin biasa kegawa suasana "istana" Kang Tajib sing awan wektu semeeno lungguh jejer karo Muinatul Khoiriyah (Mbak Iin) bojone Kang Tajib nyuguhna wedang clebek njuran  mangaan awan mungkur karo  pecel lele lan pete. 
  Nang  setengahe lesehan udakara ana 10 orang a-la Indipt, banyolan  "ngalor-ngidul" tetep jalan nggawe swasan langsung dadi hangat. Biasa, ngrasani elite nang Jakarta kuwe dadi omongan menarik. Apa enggane Pak Mahfudz MD serius nyalon presiden, lan apa iya komitmenne padaaring bijenan Gusdurian isih konsisten. Mbak Alisa mbijeni  Pak Mahfudz kuwe pancen priyanine ya baik. Sayange wong-wong sing ndukung kuwe keton ora kompak. Pancen abot nek kon njelasna, lan banget rumite kanggo njembreng nang ngapa pendukung Pak Mahfudz ora pada kompak.
   Toh awan itu tidak diacarakan diskusi membahas soal copras capres, karena di mushala Desa Kembaran, 50 meter selatan rumah Kang Tajib, sudah menunggu sekitar 50 warga sekitar dan para Gusdurian dari lintas agama dan kelompok masyarakakt, termasuk dari kelompok difabel, menunggu untuk berdialog. Sangat menyesal saya tak bisa mengikuti dialognya.
"Maaf Mbak Alisa, saya tak bisa ikut mengantar ke acara, mau menjemput istri," saya pamitan.
     "Oh, ya! Itu lebih penting!" katanya. Di perjalanan ke tempat kerja istri, ucapan Mbak Alisa beresonansi di telinga. Menjemput istri itu lebih penting. Langsung terbayang cerita tentang Kiai Sonhaji Jimbun, Jabres Sruweng, yang dikenal sebagai gurunya Gus Dur. Pengakuan Gus Dur bahwa Mbah Sonhaji itu gurunya saat berlangsung istighotsah akbar di Gelora Bung Karno.
Pertanyaannya, guru dalam hal apa? Masih di tengah jalan sepulang dari rumah Kang Tajib, resonansi itu memberkaskan file kecil dalam memori. Seorang bibi saya yang menjadi tetangga Kiai Sonhaji menceritakan kesaksiannya, sering melihat Kiai Sonhaji ke pasar Tengok belanja sayuran sendiri. Di mata bibi saya itu pemandangan aneh, mengesankan istrinya "kebangetan" membiarkan kiai yang sudah sepuh "kedangkrakan" ke pasar sendiri. 
     File lain pun terbuka, berkisah ketika seorang kiai yang hafal Al Quran sowan ke Kiai Sonhaji menanyakan silsilah Kiai Sonhaji. Jawab Kiai Sonhaji, "inna akramakum 'indallaahi atqaakum", sesungguhnya orang yang mulia bagi Allah itu ketakwaannya. Ayat itu diawali penegasan Allah bagaimana manusia diciptakan berjenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. 
     Silaturahmi Mbak Alisa ke komunitas Gusdurian di Kebumen dan kesederhanaan sikap tidak memandang nasab sebagai hal yang harus diagung-agungkan begitu kentara. Itu sudah menggambarkan, bagian kecil dari ajaran Gus Dur telah dihayati putri sulungnya. Hidup sederhana dan menghormati istri rupanya juga yang diajarkan Kiai Sonhaji kepada Gus Dur, dan juga telah membentuk karakter putri Gus Dur. Setidaknya begitulah kesimpulan saya saat kembali berdiskusi dengan Kang Tajib. 
     "Coba itu ditulis saja Mas!" kata Kang Tajib. Maka jadilah cerita ini, dan semoga memberikan manfaat untuk siapa pun yang berkenan membacanya. Amiin!


Minggu, 06 September 2020

Ziyaroh Syech Ndalem Santri



 DALEM SANTRI JEJAK PENYEBARAN ISLAM ING TLATAH MBANYUMAS


17 Muharom 1442 H, kaleres 5 September 2020 ndalu niku  cuaca Endah lan  sanget ndukung anggenipun nggadahi niatan nelusuri jejak para penyebar agama Islam Wonten ing  Kabupaten Banyumas. Salah satunggalipun situs pelaku syiar agama  Islam ingkang kawontenanipun taksih kajagi hengga Dinten niki nggih niku maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad, kang kalangkul dipun kenal  sinebutan "Makam Dalem Santri" menika  mlebet ing dusun Kutaliman, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas.


Saktunggal  papan penunjuk katulis MAKAM DALEM SANTRI ngadeg Jejeg sebelah ler Kantor dusun Kutaliman, cekap kangge nuduhaken papan anggenan  kawontenanipun  ugi kangge nggampilaken peziarah. Antawis Wonten 300 meter saking Margi Ageng  dusun, kangge nuju maqom saged depun tempuh mitos gang alit utawi lutung  kang sampun dipun plester ngagem watu kali. Lutung  ingkang namung ssged kangge mitos i satunggal  roda empat Niki lajeng Wonten Raos luncu menawi Jawah. Namung, temtunipun mboten dados pepalang bilih niyatan sampun trep mangka lanpahan pun saged nyengsemaken.


Sak dumuginipun  ing komplek Maqom Dalem Santri swantenipun  hening asrep lan asri ingbrao, papan panggenan ingkang sepen lan tebih saking kampung warga diraos pas kangge  sekedar nengaken diri. Maqom Dalem Santri dipun kubengi wit witan Ageng  kang kurang langkungipun sampun atusan tahun, kanthi tumpukan wstu ingkng kaata rapi lan mpun sami nglumut menehi kesan keramat ingkang nyawiji kelawan  alaming lelembut. Komplek maqom dipun jangkepi pendopo alit kanggenioun para peziarah ingang Ajeng tirakat lan  nepi.


Saking  para llebda kang dampuh tuwuh sejarah Dalem Santri,  kawontenan maqom ingkng wonten teng mriki. Kejawi maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad ugi entensekawan Malih  kangvawujud Maqom tua kang dipun percaya minangka maqom Prabu Anom, Raga Patra, Engrang Jaya, lan Siti Zulaikha. Daerah ingkang sakniki dados  Maqom Dalem Santri sederengipun niku pondok  pesantren ingang dipun pimpin dening  Syekh Mudhakir utawi  ingkng lengkung dipunkenal kelawan asma Eyang Kepadangan.


Ngaeiti kisah ingang ngenutmbureni  kewontenan Maqom Dalem Santri, Konon pesantren Eyang Kepadangan kerawuhan priyagung putra raja saking Kerajaan Sukowati ingkng kawogan asma Raden Parto Kusumo. Rasuhipunmboten sanes kangge  ngaos  Sinau  agama Islam ing pesantren kasebat. Sang putra raja dugi kanthi ngginakaken minangka  simbol.


Selajengipun Eyang Kepadangan sarujuk utawi  ngangkat Raden Parto Kusumo minangka murid kanthi syarat kersa nglukar gelar kebangsawananipun. Syarat niku waupun dipun tampi kanthi Lego Lila  Raden Parto Kusumo ingkang saklajengipun gantos asmanipun dados Syekh Ahmad Al’Muhammad.


Kados mboten ketinggalajen  junjunganipun, gajah ingkang dadosi titihanipun Raden Parto Kusumo ug milih kangge  laku tapa ing papan kang boten tebih saking pesantren. Sak sampunipun tapa, si gajah akhiripun saged mangertosi bahasa kamanungsan. Lajeng si gajah niku  dititipsken Dateng  Empu Parmadi ing Kutaluhur kang mboten tebih namung mluncat bukit. Panggenan kasebat lajeng dikenal kanthi  nami Gupakan Gajah.


Kisah kalajengaken  hengga akhiripun Eyang Kepadangan pun seda. Namung, sederengipun tinilar  sampun nggadhahi pesan Dateng  Syekh Ahmad Al’Muhammad supados menyebaraken ajaran Islam ing tlatah Banyumas. Kamangka  pesatren ingkang dados tinggalanipun dipun paringi nami Kutaliman ingkang mengku arti kuta niku Kota lan liman kang artosipun gajah. Kutaliman utawi kota gajah, mekaten ing  ceriyos  Maqom Dalem Santri lan asal usul nami Kutaliman kang dikisahaken dening masyarakat wiyar.


Makam Dalem Santri asring kangge  ziyarah saking Banyumas lan sekukuban. Selntunipun maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad,sekawan maqom lintunipun ingkang Wonten sisih wetan uga mboten nate  sepi saking peziarah. Dipun kisahaken miturut informasi kang Wonten lan dipun yakini Ki Trisno juru kunci Maqom Dalem Santri, ziyarah Dateng sekawan maqom kasebut (Prabu Anom, Raga Patra, Engrang Jaya, lan Siti Zulaikha) Sedaya namung pinangka laku syareat  keranten hakikatipun tetep wangsul Dateng Gusti Pengeran Alloh Tangala. 


  #Hudabrah_Majlis_Dzikir_Qolbun_Salim_Gunungsari.

Ndalem Santri


 DALEM SANTRI JEJAK PENYEBARAN ISLAM ING TLATAH MBANYUMAS

17 Muharom 1442 H, kaleres 5 September 2020 ndalu niku  cuaca Endah lan  sanget ndukung anggenipun nggadahi niatan nelusuri jejak para penyebar agama Islam Wonten ing  Kabupaten Banyumas. Salah satunggalipun situs pelaku syiar agama  Islam ingkang kawontenanipun taksih kajagi hengga Dinten niki nggih niku maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad, kang kalangkul dipun kenal  sinebutan "Makam Dalem Santri" menika  mlebet ing dusun Kutaliman, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas.


Saktunggal  papan penunjuk katulis MAKAM DALEM SANTRI ngadeg Jejeg sebelah ler Kantor dusun Kutaliman, cekap kangge nuduhaken papan anggenan  kawontenanipun  ugi kangge nggampilaken peziarah. Antawis Wonten 300 meter saking Margi Ageng  dusun, kangge nuju maqom saged depun tempuh mitos gang alit utawi lutung  kang sampun dipun plester ngagem watu kali. Lutung  ingkang namung ssged kangge mitos i satunggal  roda empat Niki lajeng Wonten Raos lunyu menawi Jawah. Namung, temtunipun mboten dados pepalang bilih niyatan sampun trep mangka lanpahan pun saged nyengsemaken.


Sak dumuginipun  ing komplek Maqom Dalem Santri swantenipun  hening asrep lan asri ingbrao, papan panggenan ingkang sepen lan tebih saking kampung warga diraos pas kangge  sekedar nengaken diri. Maqom Dalem Santri dipun kubengi wit witan Ageng  kang kurang langkungipun sampun atusan tahun, kanthi tumpukan wstu ingkng kaata rapi lan mpun sami nglumut menehi kesan keramat ingkang nyawiji kelawan  alaming lelembut. Komplek maqom dipun jangkepi pendopo alit kanggenioun para peziarah ingang Ajeng tirakat lan  nepi.


Saking  para llebda kang dampuh tuwuh sejarah Dalem Santri,  kawontenan maqom ingkng wonten teng mriki. Kejawi maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad ugi entensekawan Malih  kangvawujud Maqom tua kang dipun percaya minangka maqom Prabu Anom, Raga Patra, Engrang Jaya, lan Siti Zulaikha. Daerah ingkang sakniki dados  Maqom Dalem Santri sederengipun niku pondok  pesantren ingang dipun pimpin dening  Syekh Mudhakir utawi  ingkng lengkung dipunkenal kelawan asma Eyang Kepadangan.


Ngaeiti kisah ingang ngenutmbureni  kewontenan Maqom Dalem Santri, Konon pesantren Eyang Kepadangan kerawuhan priyagung putra raja saking Kerajaan Sukowati ingkng kawogan asma Raden Parto Kusumo. Rasuhipunmboten sanes kangge  ngaos  Sinau  agama Islam ing pesantren kasebat. Sang putra raja dugi kanthi ngginakaken minangka  simbol.


Selajengipun Eyang Kepadangan sarujuk utawi  ngangkat Raden Parto Kusumo minangka murid kanthi syarat kersa nglukar gelar kebangsawananipun. Syarat niku waupun dipun tampi kanthi Lego Lila  Raden Parto Kusumo ingkang saklajengipun gantos asmanipun dados Syekh Ahmad Al’Muhammad.


Kados mboten ketinggalajen  junjunganipun, gajah ingkang dadosi titihanipun Raden Parto Kusumo ug milih kangge  laku tapa ing papan kang boten tebih saking pesantren. Sak sampunipun tapa, si gajah akhiripun saged mangertosi bahasa kamanungsan. Lajeng si gajah niku  dititipsken Dateng  Empu Parmadi ing Kutaluhur kang mboten tebih namung mluncat bukit. Panggenan kasebat lajeng dikenal kanthi  nami Gupakan Gajah.


Kisah kalahengaken  hengga akhiripun Eyang Kepadangan pun seda. Namung, sederengipun tinilar  sampun ngggadhahi pesan Dateng  Syekh Ahmad Al’Muhammad supados menyebaraken ajaran Islam ing tlatah Banyumas. Kamangka  pesatren ingkang dados tinggalanipun dipun paringi nami Kutaliman ingkang mengku arti kuta niku Kota lan liman kang artosipun gajah. Kutaliman utawi kota gajah, mekaten ing  ceriyos  Maqom Dalem Santri lan asal usul namai Kutaliman kang dikisahaken dening masyarakat wiyar.


Makam Dalem Santri asring kangge  ziyarah saking Banyumas lan sekukuban. Selntunipun maqom Syekh Ahmad Al’Muhammad,sekawan maqom lintunipun ingkang Wonten dish wetan uga mboten nate  sepi saking peziarah. Dipun kisshajen miturut informasi kang Wontenlan dipun yakini Ki Trisno juru kunci Maqom Dalem Santri, ziyarah Dateng sekawan maqom tkasebut (Prabu Anom, Raga Patra, Engrang Jaya, lan Siti Zulaikha) sedsya namung pinangka laku syareat  keranten hakikatipun tetip wangsul Dateng Pengeran Alloh Tangala. 


  #Hudabrah_Majlis_Dzikir_Qolbun_Salim_Gunungsari.


Sabtu, 08 Agustus 2020

PASARAH PANINGSET


 TULADHA  PASRAH PENINGSET

Assalamu' Alaikum Wr.Wb.
Kula nuwun,...minangka purwakaning atur, hanyenyadhong berkahipun Gusti ingkang Maha Agung, mugi hamemayungana wonten hing madyaning pepanggihan ing wanci dalu menika. 5 sifat 1443 H kaleres 7 September 2021

Bapa Muhammad Marzuki ingkang winantu ing pakurmatan.
Bilih sowan kula ing wanci dalu menika, kula rinesaya dening panjenenganipun Bapa Agus Dwi Laksana sekaliyan, ingkang sakperlu kula kedhawuhan matur ing ngarsanipun Bapa Dullah Mukti sekaliyan, ing ri kalenggahan menika, panjenengan ingkang kasuwun hanyalirani.

Atur kula ingkang kapisan, kula kadhawuhan ngaturaken salam wilujengipun Bapa Sudarmaji sekaliyan, ingkang linambaran donga pamuji, mugi kahaturna dumateng Bapa Dullah Mukti sekaliyan, minggahipun dumateng para keluarganipun.

Wondene jangkeping atur ingkang kaping kalih, kula kedhawuhan hamasrahaken, paningset, abon-abon sarta pangiring, hanggenipun haningseti rembag badhe hanjodokaken putra turunipun, ingkang hanama pun Nak Bagus Cholid Al Fatih .kaliyan putra ingkang mijil putri saking Bapa Dullah Mukti sekaliyan, ingkang hasesilih pun Rr Triyan Juli Wardani

Sanadyanta paningset, abon-abon sarta pangiring, menika hanamung sapala mugi wontena keparengipun, suka hanampi kanthi renaning penggalih.

Ugi kula kedhawuhan ngaturaken redana, ingkang arupi arta, minangka syarat sarana hanggenipun mahargya putra.

Mekaten Bapa Dullah Mukti hanggen kula matur wonten hing ngarsa panjenengan, bilih atur kula menika kathah sanget ingkang dawah lepat, kula nyuwun hagunging samodra pangaksama.

Kanthi pada pepet pepuntaning atur. Wassalamu' Alaikum Wr.Wb.

 TULADHA HANAMPI PASRAH PENINGSET

Ass. Wr.Wb.
Kula nuwun,..nugraha hawit saking sih ipun Pangeran, mugi tansah hangliputana, wonten hing madyaning pepanggihan hing wanci dalu punika.
Bapa Agus Dwi Laksana .ingkang winengku hing karahayon.
Hamurwakani atur kula ingkang kapisan, kula ngaturaken pambagya wilujeng, rawuh panjenengan sa pangombyong.

Wondene ingkang kaping kalih, hanggen panjenengan ngaturaken salam kawilujengipun Bapa Muhammad Marzuki sekaliyan, sampun kula tampi kanthi bingahing manah, hing mangke badhe kula haturaken ingkang hambawani damel.

Ugi mboten katalumpen, salam taklimipun Bapa...sekaliyan, mugi kahaturna dumatheng Bapa...sekaliyan, minggahing para kulawangsanipun.

Dene hanggen panjenengan hamasrahaken, paningset, abon-abon sarta pangiring, sampun kula tampi kanthi tangan kekalih, tumuli badhe penganten sekaliyan, badhe hanindakaken lampahing tata cara liru kalpika.

Hawit sru panyuwunipun Bapa...sekaliyan, panjenengan sa pangombyong, dipun suwun hanjenengi ngantos purnaning pepanggihan hing wanci siang/dalu menika, saperlu paring donga pamuji, mugi lampahing tata cara kalis hing rubeda sambikala.

Mekaten Bapa...hanggen kula hananggapi pasrah panjenengan, bilih atur kula menika namung witing klapa salugunipun, kari kutha janur rineka gentha, apuranta lepat nyuwun pangaksama.

Kula kanteni hasesanthi, rahayu, rahayu ingkang sami pinanggih lan sukarena.

Wassalam, Wr.Wb.

#TULADHA #HATUR #PAMBAGYA #PANINGSET

Ass.Wr.Wb.

Kula nuwun...Para pinisepuh, sesepuh ingkang sanget kula bekteni. Para tamu kakung saha putri, ingkang kahaturan rawuh, sedaya winantu hing pakurmatan.

Hawit saking keparengipun Bp....sekaliyan, bilih hing ri kalenggahan punika, kula ingkang rinesaya matur wonten hing ngarsa penjenengan sedaya.

Minangka purwakaning atur, langkung rumiyin sumangga panjenengan sedaya kula dherekaken ngaturaken panuwun syukur wonten ngarsanipun Gusti ingkang murbeng dumadi, bilih ing wanci siang punika, kula saha panjenengan sedaya saget manunggil wonten hing wisma pepanggihan menika kanthi wilujeng nir sambikala.

Para tamu kakung saha putri ingkang winantu hing pakurmatan.
Haturipun Bapa...sekaliyan lumantar kula, ingkang kapisan ngaturaken pambagya wilujeng rawuh panjenengan sedaya, selajengipun kula derekaken lelenggahan kanthi merdika merdikaning penggalih.

Dene ing wanci siang punika panjenengan dipun suwun rawuh, wigatos dipun suwuni jurung pandonga pamuji, hanghenipun Bapa...sekaliyan hanampi paningset, hanggenipun badhe jejodhohanipun putra pawestrinipun ingkang hasesilih, Rr....ingkang katemben pepacangan kaliyan pun Bgs....admaja kakungipun Bapa...sekaliyan ingkang pidhalem ing.... .

Mugi putra ingkang katemben pepacangan punika tinebihna saking panggodha satemah enggal tinangsulan reh satataning agami saha nagari, mugi hing benjingipun sageda handamel kuncaraning asma para keluarga.

Para tamu kakung saha putri ingkang sampun kahaturan rawuh.
Bapa...sekaliyan, ugi ngaturaken panuwun dumatheng kadang kadeyan, tangga tepalih, ingkang sampun cancut bikut, paring sabiyantu murih rancaking pepanggihan hing wanci siang punika, Bapa... Sekaliyan namung saget ngaturaken gung panuwun ingkang tanpa upami.

Mekaten para tamu kakung saha putri, haturipun Bapa...sekaliyan, lumantar kula, dene kula nglenggana kathah sanget atur kula ingkang mboten handamel renaning penggalih, kula nyuwun hagunging samodra pangaksama.

Kula kantheni hapepuji yana yuwana sagung dumadi nugraha niskala.

Wassalam Wr.Wb
Nuwun.

 #TULADHA #HATUR #PAMITAN #TATACARA #PANINGSET*

Ass. Wr.Wb.

Kula nuwun...para pinisepuh, sesepuh saha para tamu kakung saha putri, ingkang winantu hing pakurmatan, langkung-langkung dumatheng Bapa...sekaliyan ingkang kula bekteni.

Gegandengan, hanggen kula sowan saha marak, wonten hing madyaning pepanggihan hing wanci siang menika sampun sawetawis wekdal, keparenga kula sa pangombyong badhe nyuwun pamit.

Namung sakderengipun kula hamengkeraken saking wisma pepanggihan menika, keparenga kula badhe nyuwun keterangan, benjing menapa ingkang katemben pepacangan menika, enggal tinangsulan reh satataning agami saha negari, minangka kagem pelaporan, hanggen kula rinesaya hing wanci menika

Ugi kula nyuwun pangapunten ingkang agung,saklebetipun kula sowan saha marak,ingkang sakintenipun mboten handamel suka renaning penggalih, kula ingkang nyuwunaken hagunging samodra pangaksama.

Mugi-mugi sapengker kula saking wisma pepanggihan menika, kulawarga saking Bapa...sekaliyan, tansah ginanjar wilujeng hing sadayanipun.

Dene wangsul kula sa pangombyong, tansah kinanthi dening Gusti, saget pinanggih kaliyan keluarga kanthi suka rena.

Mekaten Bapa...sekaliyan hanggen kula matur wonten ngarsa penjenengan, kathah sanget kekiranganipun, kula nyuwun pangapunten.

Wassalam" Alaikum Wr.Wb.
Nuwun.

Rabu, 05 Agustus 2020

SYECH JAMBU KARANG

Petilasan Syech Jambu Karang Niki manggen ing Desa Panusupan Kecamatan Rembang ± 30 km sisih wetan ler saking  kota Purbalingga. kangge nggayuh ing pucuk Petilasan saking Panusupan Kedah ngliwati dalan setapak ingkang minggahi ± 3 km. Petilasan niki nuduhaken pirantine kangge khalwat / tadabbur lan merekaken pribadi Dateng Gusti Alloh Tangala lan kadosfene Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W anggenipun  khalwat wonten gua Hira.

Aran Ardi tegese Gunung,  Lawet asale saking tembung Khalwat, ingkang artose gunung kangge semedi medhek  aring Pengeran  ingkang Maha Asih.

Wonten mriki enten  petilasan Pangeran Wali Syekh Djambu Karang Putra Prabu Brawijaya, Raja Pajajaran ingkang nalikane nem gadah rnami Adipati Mendang (Raden Mundingwangi)


Sabtu, 06 Juni 2020

Watu Meja

Hudabrah Cakebasen
Wisata Bukit Watu Meja, Kebasen, Banyumas. Lokasi Bukit Watu Meja berada di desaTumiyang, Kebasen, Banyumas. Saya dan keluarga besar Majlis Dzikir Qolbun Salim bersama Rom Kirom Channel,  tepat di malam purnama Sabtu, 6 Juni 2020  pukul 23.00 wib berwisata ke Bukit Watu Meja ini. Bukit Watu Meja berada di bukit hutan pinus. Ketertarikan saya untuk mengunjungi tempat ini karena penasaran setelah  hampir tiga bulan dirumah saja karena masa pandemi pingin sekali jalan jalan malam dengan mengambil  tempat wisata disekitar Banyumas. Rombongan berangkat menuju Kebasen dengan waktu tempuh 20 menit.

Dengan mengikuti arahan Mas Handoko Tripok ID   saya tiba di desa Tumiyang namun saya bingung dimana gerbang atau pintu masuk tempat wisata Bukit Watu Meja ini selain sudah larut malam, ditambah habis diguyur hujan, sehingga jalanan pun sedikit berarir. Kami sempat salah jalan dan kesssar, lalu kami mencoba bertanya kewarga setempat dimana letak Bukit Watu Meja ini. Ternyata petunjuknya hanya ngekor saja karena didepan sudah ada pemandu jalan yaitu mas Khanif Amrulloh dan ternyata jalan pun belum ada lampu penerangannya,  tempat ini juga tidak memiliki lahan parkir. Dengan sengaja  Saya menitipjan  kendaraan dirumah warga. Supaya terjaga keamanannya

Akses menuju lokasi Bukit Watu Meja yang saya lalui memang sebatas jalan setapak dengan jalan  melewati kebun warga. Jalan menuju Bukit Watu Meja yang saya lalui mungkin jalan pintas yang saya sendiri tidak tahu jalan resminya serta naik turun, . Kami melalui jalan itu kurang lebih 10 menit dengan kondisi jalan menanjak. Kami pun sempat istirahat sambil menghela nafas, maklum sudah tua.

Akhirnya kami sampai di gerbang loket. Loketnya pun sederhana terbuat dari bambu. Tiket masuk Bukit Watu Meja sebesar Rp 7000/orang. Disekitar loket terdapat beberapa warung  makanan dan minuman ringan. Saya bertanya ke Petugas loket jalan utama, sebenarnya menuju Bukit Watu Meja, menurut petugas bisa menggunakan ojek dari bawah hingga gerbang loket..mungkin kisaran Rp. 50.000 permotor PP.

Dari gerbang loket saya menuju puncak Bukit Watu Meja yang berjarak 20 meter. Setibanya di lokasi Bukit Watu Meja saya dapat melihat kelokan sungai Serayu dan bukit hutan pinus. Dari atas Bukit Watu Meja ini juga terlihat jembatan kereta api yang melintasi sungai serayu dan jalan raya yang menuju Purwokerto.

Di lokasi Bukit Watu Meja terdapat baju cadas berwarna coklat mungkin inilah kenapa disebut watu meja tapi batunya pun tidak berbentuk meja. Sarana di lokasi puncak Bukit Watu Meja terdapat papan pantau, ayunan dengan latar belakang bukit pinus dan beberapa warung yang menjual minuman dan makanan.

Saya sarankan ketempat ini kisaran jam 9 pagi atau 3 sore karena jika siang hari akan sangat panas terik matahari. Kami menikmati pemandangan kelokan sungai Serayu dan memesan kelapa muda yang segarrrr sambil makan pecel pedes. Harga jajanan di warung normal lah. Ternyata tempat ini bagus juga looh.. bisa menjadi tempat wisata alternatif di sekitar Kebasen… Mungkin kedepannya tempat ini akan ramai oleh wisatawan jika informasi lokasi masuknya diperjelas.

Tempat wisata Bukit Watu Meja masih bersih dan udara segar khas hutan pinus.. yuuk datang jika sedang ke Banyumas. Jaga kebersihan lokasi wisata adalah tanggung jawab pengunjung dan tidak mencoret coret tulisan yang ga penting saat berwisata.

Penulis Hudabrah Cakebasen “alaming lelembut berkesan”.